Khomar, warga RT. 04 RW. 02, Kelurahan Bojongbata, nampak terbiasa dengan ular berbisa.
Dia bahkan tak jarang menggunakan tangan kosong saat bermain dengan ular naja sputatrix atau ular kobra.
Seolah dia merasa sudah kebal terhadap bisa mematikan dari raja reptil tersebut.
Dia bukanlah pawang ular, atau pemburu ular berbisa.
Kebiasaannya bergelut dengan ular mematikan itu, lantaran dia menjadi pembuat serum ular.
10 tahun susah Khomar menjalani pekerjaan tersebut, di mana kesehariannya bercengkrama dengan ular berbisa seperti kobra, maupun ular weling.
Serum yang dibuat juga sudah menyebar ke seluruh penjuru Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit.
Proses pembuatan serum ular tersebut, dia bahkan tak segan mengajarkan cara meraciknya hingga bisa dikonsumsi.
Sebelum jadi serum ular, empedu di fermentasi dengan air putih, dan proses fermentasi dilakukan menggunakan media tanah atau ditimbun, jelasnya.
“Empedu dicampur air putih dan dimasukan dalam botol, setelah itu ditimbun dengan kedalaman kurang lebih 0,5 meter. Terkait lama fermentasi bisa 21 hari atau 6 bulan, tergantung untuk mengobati apa, intinya lebih lama lebih baik,” katanya.
Khomar juga menuturkan, untuk arsenik diambil dari kepala ular, dan minyak diambil dari tubuh ular.
“Serum ular adalah campuran dari fermentasi empedu, dan arsenik. Caranya diminum sehari tiga kali. Kalau minyak ular bisa dijadikan salep oles untuk berbagai penyakit,” ucapnya.
Berbagai penyakit sudah ia sembuhkan, dari diabetes, hingga Hiv/Aids, terangnya.
Dan orang yang datang ke tempat Khomar dari berbagai daerah di Indonesia.
Meski demikian, Khomar tak pernah mematok tarif untuk pengobatan, meskipun dia mengeluarkan biaya tak sedikit untuk membeli ular.
“Setiap pekan bisa 100 ular yang digunakan untuk membuat serum, harga per-satu ular bisa Rp 50ribu. Dia tidak mau mematok tarif, karena rejeki sudah ada yang mengatur. Dia justru senang dan lega kalau ada yang sembuh lewat pengobatan serum ular, kelegaan itu tidak bisa dibeli,” terangnya.
Sementara itu, Sasangko, warga Beji, Kecamatan Taman, yang sedang berada di kediaman Khomar, bersyukur bisa merasakan serum ular buatan Khomar.
“Sebelum mengkonsumsi serum, sakit parah, bahkan sudah koma, dan keluaraga sudah Yasinan, karena tidak ada harapan hidup, lantaran terkena diabetes,” tutur Sasangko.
Pada 2017 silam, pernah masuk rumah sakit 14 kali, dan koma pada 2018, kata Sasangko
Kondisi kakinya juga rusak karena diabetes basah yang di derita.
“Usai koma dia datang, awalnya saya menolak karena sudah frustasi. Akhirnya saya terima tawaran dia untuk merawat saya selama satu bulan,” kata Sasongko.
Setelah menjalani perawatan, dan mengkonsumi serum ular selama satu bulan, Sasongko mulai pulih.
“Luka di kaki saya yang akan diampuatsi mulai sembuh, kadar gula di tubuh juga normal. Sampai sekarang saya masih mengonsumsi serum ular buatan Khomar,” sembari menunjukan belas luka di kakinya.
Ditambahkan Sasongko, ratusan orang sudah mencoba serum buatan Khomar dan sembuh dari penyakitnya.
“Yang saya herankan, Khomar tidak pernah mau dihargai nominal, tidak hanya dengan saya, tapi semua orang yang datang untuk menyebuhkan penyakitnya,” tambahnya.
Dikutip dari Tribunnews Jateng