Sosok fenomenal Patih Sampun bagi wong Pemalang sudah sangat melegenda, namun siapa sosok sebenarnya Patih Sampun masih misterius dan juga dikenal dalam riwayat yang beragam. Antara lain kami kulik sebagai berikut:
Keturunan bangsawan dari Tanah Pasundan
Salah satu misterinya yang belum terjawab secara ilmiah adalah tentang asal usulnya. Salah satu versi yang berkembang bahwa Patih Sampun merupakan keturunan bangsawan dari Tanah Pasundan.
Ki Suryo, salah satu budayawan Pemalang mengatakan bahwa menurut beberapa referensi yang diperoleh, Patih Sampun dalam cerita ini bernama Samsudin Alias Salamudin. Tak Lain, adalah kakak Pangeran Yusup Raja Cirebon dan juga cucu dari Sultan Gunung Jati.
Menurut sumber-sumber yang dihimpun media kita, sosok yang juga di kenal dengan nama Talabudin atau Kalabudin ini, mengapa di pemalang sebagai satu ketidak sengajaan. Ketika itu, Salamudin sedang menempuh perjalanan dari tanah pasundan menuju ke arah Kerajaan Majapahit. Setiba di wilayah Pemalang, tiba-tiba dirinya jerjebak selaksa terkena “oyod mingmang”. Sehingga dirinya tidak bisa keluar dan hanya melingkar-lingkar diwilayah Kadipaten Pemalang selama beberapa hari.
Menyadari dirinya kalah dalam ilmu kanuragan sehingga terjebak oleh kekuatan gaib dan tidak bisa keluar dari wilayah Pemalang, yang tak lain adalah kedigjayaan dari Penguasa Pemalang maka, Salamudin menghadap sang Bahu Rekso Pemalang ketika itu yaitu Ki Sembung Yudha untuk meminta pertolongan. Tidak jelas bagaimana detailnya, hanya konon karena Ki Sembung Yudha tertarik dan melihat kemampuannya, maka kemudian Ki Salamudin diangkat menjadi seorang Patih Pemalang dengan gelar Patih Sampun Jiwo Negoro
Putra Asli Pemalang
Adapun sumber lain yang kami kutip dari budaya jawa disaat Pemalang di bawah kepemimpinan Sang Adipati Anom saat itu baru meemimpin dan sedang mengadakan pertemuan dengan para Punggawa Kadipaten untuk membahas masalah pembangunan di Pemalang.untuk mempermudah hubungan dengan daerah-daerah di Pemalang kala itu, Adipati Pangeran Benowo memerintahkan kepada Patih Djiwonegoro untuk membangun dua jembatan di sungai Banger dan di sungai Srengseng di Kebondalem pada saat diberi mandat tugas tersebut,dengan spontan Patih Djiwonegoro menjawab “sampun dados (sudah jadi), kanjeng Adipati”.
Serta merta ketika mendengar jawaban dari Patih Djiwonegoro, sang Adipati saat itu yaitu Pangeran Benowo tercengang dibuatnya!. Untuk membuktikan kebenaran ucapan Djiwonegoro, pada pagi harinya Pangeran Benowo meninjau lokasi dua jembatan tersebut, dan ternyata apa yang di ucapkan Djiwonegoro benar adanya,di dua sungai tersebut telah terbentang jembatan yang di kehendaki Adipati. Maka semakin yakinlah Pangeran Benowo kepada bhakti dan kesetiaan patih Djiwonegoro, putra asli Pemalang nan masyhur kesaktiannya.
Pada hari berikutnya, sang Adipati Benowo memerintahkan lagi kepada patih Djiwonegoro untuk membangun lagi dua jembatan di sungai Rambut di Bojongkelor dan sungai Plawangan. Namun lagi-lagi dijawab “sampun dados, kanjeng Adipati” oleh Djiwonegoro namun kali ini Adipati Benowo tak perlu lagi mengecek kebenaran jawaban yang di berikan oleh patihnya,dikarenakan sang Adipati sudah mempercayainya. Bahkan bulan-bulan berikutnya adipati Pangeran Benowo memerintahkan lagi untuk membangun beberapa jembatan berturut-turut, jembatan-jembatan tersebut antara lain sebagai berikut:
– Jembatan Gianti,terdapat didepan polres lama,Sirandu.
– Jembatan di kali Waluh,Kedungbanjar.
– Jembatan di sungai Comal,kali Comal.
– Jembatan sungai Plawangan, di Lawangrejo.
– Jembatan sungai Sudetan di desa Krasak.
– Jembatan Pesapen, didepan kantor kecamatan Pemalang.
– Jembatan Slarang di sungai Waluh,di perbatasan desa Lenggong,Slarang.
– Jembatan sungai Raja (Siraja) di wilayah Bantar bolang,tepatnya di dukuh Simbang,Pegiringan.
– Jembatan di perkebunan kelapa Gentongreot,Karang moncol.
– Jembatan di desa Mejagong di kali Comal.
– Jembatan di desa Datar,di kali Comal.
– Jembatan Sudetan di daerah Moga,didepan Pesanggragan dan pemandian.
– Jembatan di perbatasan desa Cikasur dan desa Randu dongkal.
– Jembatan di desa Bulakan,dan –
– Jembatan di desa Belik.
Di Nobatkan Sebagai Patih Sampun
Pada pertemuan berikutnya, Adipati pangeran Benowo melibatkan Tumenggung dan seluruh Demang serta para Penatus dan Bekel se kadipaten Pemalang, dalam acara tersebut, Adipati pangeran Benowo mengucapkan terima kasih kepada Patih Djiwonegoro dan para punggawanya atas jasa-jasanya dalam membangun beberapa jembatan di wilayah kadipaten Pemalang, maka, atas jasanya tersebut patih Djiwonegoro diberi gelar “sampun”, dan sejak saat itu Patih Djiwonegoro lebih dikenal sebagai Patih Sampun.
Mitos Kali Bacin
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, Kali Bacin sesungguhnya tidak pernah diperlebar. Anehnya, lebar jembatan Kali Bacin selalu sesuai dengan ukuran lebar jalan. Kali Bacin terletak melintas di jalan Jenderan Sudirman Barat, tepatnya persis di sebelah timur Kantor Pegadaian Pemalang. Dekat pertigaan lampu merah kota atau sebelah timur alun-alun Pemalang.
Menurut mitos yang berkembang, jembatan Kali Bacin di Jalan Jenderal Sudirman itu dulunya salah satu kali dan atau jembatan yang dibangun oleh Kanjeng Patih Sampun. Karenanya, diyakini pula bahwa Kali Bacin mempunyai daya gaib yang berkekuatan mistis dengan selalu dapat menyesuaikan lebar jalan dengan sendirinya disepanjang waktu.
Meskipun sulit dipertanggung jawabkan secara ilmiah, namun mitos tentang misteri jembatan Kali Bacin terus berkembang hinggi saat ini. Walaupun sejauh ini belum ada pihak-pihak yang membuktikan kebenarannya.
Sumber
Mediakita(dot)co
Budayajawa(dot)id
Ki Sunari Djoko Tjarito Satrio Pemalang