Jakarta – Kamis (15/3), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengundang para jurnalis dalam kegiatan press conference yang mengambil tema prakiraan awal musim kemarau tahun 2018 di ruang studio mini Gedung C.
Jumpa pers dipimpin Kepala BMKG Prof.Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. P.hD dengan didampingi Deputi bidang Meteorologi Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc dan Deputi Bidang Klimatologi Drs. Herizal, M.Si
Dalam jumpa pers tersebut Dwikorita menyampaikan bahwa berdasarkan hasil kajian para ahli dengan menggunakan data historis curah hujan yang cukup, wilayah Indonesia dikenal mempunyai 3 pola hujan, yaitu Tipe Monsunal, Tipe Ekuatorial dan Tipe Lokal. Daerah yang mempunyai Tipe Hujan Monsunal dalam satu tahun mempunyai satu puncak hujan, yang umumnya terjadi pada bulan Desember-Januari-Februari. Daerah yang mempunyai Tipe Hujan Ekuatorial dalam satu tahun mempunyai dua puncak musim hujan, puncak musim hujan pertama bulan Maret dan Puncak Musim kedua Bulan November. Sedangkan Tipe Lokal mempunyai satu puncak musim hujan yang periodenya kebalikan dari pola monsunal, yaitu pada bulan Agustus.
Pada Agustus 2017, BMKG merilis prakiraan Musim Hujan 2017/2018 di Indonesia. Saat itu dinyatakan bahwa secara umum awal Musim Hujan di wilayah Indonesia akan terjadi mulai bulan Oktober dan November tahun 2017. Hasil monitoring dan analisis di lapangan hingga akhir bulan Januari 2018, sebanyak 97.1% wilayah Zona Musim di Indonesia telah memasuki Musim Hujan dan musim hujan diprakirakan akan berakhir pada bulan April.
Sejalan dengan akan berakhirnya musim penghujan maka kita akan bersiap menghadapi musim kemarau. Dari pertimbangan kondisi dinamika atmosfer terakhir dan faktor faktor pengendali iklim di Indonesia maka awal musim kemarau diprakirakan akan mulai pada akhir April – Juni 2018. Daerah yang pertama memasuki musim kemarau Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali. Selanjutnya perkembangan daerah yang akan mengalami musim kemarau akan bertambah dari bulan ke bulan.
Puncak Musim Kemarau 2018 diprediksi terjadi pada bulan Agustus – September 2018. Pada saat puncak musim kemarau di wilayah Indonesia perlu diwaspadai untuk daerah-daerah yang rentan terhadap bencana kekeringan, karhutla. Untuk musim kemarau tahun 2018 diprakirakan tidak separah musim kemarau tahun 2015 karena sampai dengan pertengahan tahun 2018 iklim di Indonesia masih dipengaruhi La Nina lemah, sehingga kemarau tahun ini akan berimplikasi positif pada tanaman palawija dan tanaman semusim yang tidak teralu memerlukan banyak air.
Sumber : bmkg.go.id